PENGOLAHAN SINGKONG
A. RASIONAL
Singkong, yang juga dikenal sebagai ketela pohon atau
ubi kayu, adalah pohon tahunan tropika dan subtropika dari keluarga
Euphorbiaceae. Umbinya dikenal luas sebagai makanan
pokok penghasil karbohidrat dan daunnya sebagai sayuran.
Singkong memiliki nama latin manihot utilissima. Merupakan umbi atau
akar pohon yang panjang dengan fisik rata-rata bergaris tengah 2-3 cm dan
panjang 50-80 cm, tergantung dari jenis singkong yang ditanam. Daging umbinya
berwarna putih atau kekuning-kuningan. Umbi singkong tidak tahan simpan
meskipun ditempatkan di lemari pendingin. Gejala kerusakan ditandai dengan
keluarnya warna biru gelap akibat terbentuknya asam sianida yang bersifat racun bagi manusia.
Umbi singkong merupakan sumber energi yang kaya karbohidrat namun sangat miskin
protein. Sumber protein yang bagus justru terdapat pada daun
singkong karena mengandung asam
amino metionin.
Singkong dapat dimasak dengan berbagai cara,
singkong banyak digunakan pada berbagai macam masakan. Direbus untuk
menggantikan kentang, dan pelengkap masakan. Tepung singkong dapat digunakan
untuk mengganti tepung gandum, baik untuk pengidap alergi.
Pengolahan singkong bukan beraawal dari zaman
modern ini, tapi sudah dari zaman dulu kala. Bahkan dalam sejarah disebutkan
kalau makanan pokok bangsa Indonesia ketika di jajah adalah Singkong,
dikarenakan susahnya mendapatkan beras.
Sejak dulu pengolahan singkong telah
dilakukan dengan banyak cara dan menghasilkan banyak produk. Produk yang
dihasilkan dapat bersaing dengan produk sejenis dan dapat diterima oleh
masyarakat.
Salah satunya seperti yang ada di Desa saya,
Kp. Calengka Desa Bumiwangi. Singkong di olah menjadi tepung tapioka , tp
selain itu ada bahan makanan lain yang berasan dari proses pengolahan itu.
Orang-orang disini memangilnya denga “elot/elod”. Elod, sebuah makanan sejenis
keripik yg terbuat dari endapan sisa sisa pembuatan tepung tapioka dari
singkong.
Untuk cakupan Kecamatan , Elod cukup
terkenal, terbukti dari banyaknya pesanan untuk di jual di pasaran. Elod dapat
di olah menjadi kerupuk, keripik, dan makanan lainnya seperti seblak.
Proses pengolahan singkong menjadi tepung
tapioka akan menghasilkan limbah 2/3 sampai 3/4 dari bahan mentahnya (Amri,
1998). Limbah tepung tapioka terdiri atas limbah padat yang biasa disebut
onggok dan limbah cair. Limbah padat berupa kulit dan ampas.
Kulit diperoleh dari proses pengupasan, sedangkan ampas yang berupa serat dan pati diperoleh dari proses penyaringan.
B. TUJUAN
1.
Untuk
mengetahui macam-macam hasil pengolahan singkong.
2.
Untuk
mengetahui limbah yang dihasilkan dari pengolahan singkong.
3.
Untuk
mencari alternatif pengolahan singkong dan limbahnya.
C. WAKTU
DAN TEMPAT
Waktu dan observasi lingkungan ini mengambil tempat di Kampung Calengka,
Desa Bumiwangi, Kecamatan Ciparay, Kabupaten Bandung. Tanggal 05 Juni 2012, Jam
08.00 -10.00 kemudian dilanjut besoknya Tanggal 06 Juni 2012, Jam 05.00 - 8.00
.
D. OBSERVER
Observer dalam kegiatan observasi ini adalah Anugrah Ramadhan Firdaus ( 1003527 ). Dibantu oleh Ceu Gogo sebagai pemilik pabrik
pengolahan singkong, Mang Roni
sebagai pencari bahan baku singkongnya dan pegawai lainnya yang saya tidak
dapat sebutkan satu per satu.
E. HASIL
OBSERVASI
Hasil observasi lingkungan sebagai berikut :
1.
Cara
pembuatan Olahan Singkong.
a.
Singkong
Dikupas, pisahkan singkong dari kulitnya.
b.
Singkong
dicuci terus digiling.
c.
Singkong
yang telah digiling kemudian dimasukan ke kain sebagai penyaring untuk di ambil
sarinya
d.
Gundukan
singkong giling dimasukan kemudian diperas dengan cara di injak-injak sambil
dibanjiri air dan hasil perasannya ditampung di sebuah kolam.
e.
Sisa
singkong di kumpulkan, dan itu merupakan limbah karena di anggap sebagai
samapah dan tidak dapat dipakai. Limbah itu di sebut ‘ongok’.
f.
Air
hasil perasan singkong di diamkan selama -+ 18 jam , supaya terjadi endapan
g.
Setelah
di endapkan, akan ada 3 lapisan di dalam kolam. Paling bawah merupakan tepung
tapioka setinggi 4 cm, kemudian cairan elod mentah setinggi 5cm, dan sisanya
air yang di anggap limbah dan langsung dibuang ke perairan sawah sekitar tempat
pembuatan. Air tersebut di sebut ‘citajen’.
h.
Cairan
elog dikumpulkan untuk diolah di dapur, sedangkan tepung tapioka yang masih
basah di kumpulkan untuk di jemur.
i.
Tepung
tapioka yg masih basah berbentuk dalam ukuran besar, agar mudah kering
ukurannya di perkecil dengan cara di remukan.
j.
Tapioka
basah di jemur selama 1 hari. Dan bisa di ambil di sore hari
k.
Kemudian
Elod, cairan elod di masak dalam tungku.
l.
Tunggu
hingga berubah teksturnya dan beri bumbu.
m.
Setelah
berubah menjadi gumpalan, elod dicetak membentuk lingkaran.
n.
Elod
dijemur selama seharian.
o.
Selain
dalam bentuk kering elod dapat dinikmati dalam bentuk setengah kering
2.
Singkong
sebagai bahan pokok makanan tidak hanya dapat dimakan langsung sebagai bahan
makanan. Tapi dapat diolah menjadi bahan makanan lain yaitu tepung tapioka dan
keripik elod.
3.
Ada 3
macam limbah pokok yang dihasilkan. Pertama adalah limbah dari sisa ampas singkong
yang sudah diperas sarinya , Kedua adalah Limbah air yang dari pengendapan sari
singkong menjadi tepung tapioka dan ketiga adalah Kulit singkong yang biasanya
dipakai sebagai bahan makanan.
F. ALTERNATIF
SOLUSI
1.
Untuk
bahan makanan , selain dijual langsung kulit dari singkong dapat diolah lebih
lanjut. Sampah kulit singkong termasuk dalam kategori
sampah organik karena sampah ini dapat terdegradasi (membusuk/hancur) secara
alami. Pengolahan limbah kulit singkong dapat dimanfaatkan sebagai:
a. Kompos : Kulit singkong dapat diproses menjadi pupuk
organik yang kemudian disebut sebagi pupuk kompos. Kompos kulit singkong
bermanfaat sebagai sumber nutrisi bagi tumbuhan dan berpotensi sebagai insektisida tumbuhan.
b. Pakan ternak : Kulit singkong sebagai pengganti
rumput lapang. Karena kulit singkong yang mengandung karbohidrat tinggi dapat
dengan cepat menggemukkan hewan ternak.
c. Bio energi : Kulit singkong bisa berpotensi
untuk diproduksi menjadi bietanol yang digunakan sebagai pengganti bahan bakar
minyak. Teknologi pembuatan bioetanol dari limbah kulit singkong melalui proses
hidrolisa asam dan enzimatis merupakan suatu alternatif dalam rangka mendukung
program pemerintah tentang penyediaan bahan bakar non migas yang terbarukan
yaitu BB ( bahan bakar nabati ) sebagai pengganti bensin.
d. Sebagai karbon aktif
2.
Terdapat
beberapa alternatif yang dapat diterapkan, untuk melakukan pengolahan limbah
padat tapioka ini, seperti teknik biofertilizer dan pengomposan. Teknik biofertilizer
dapat dilakukan dengan cara menambahkan Biolink-5. Biolink-5 merupakan kumpulan
dari lima macam mikrorganisme yang berperan dalam pendegradasian bahan organik,
yaitu Bakteri Bacillus thuringiensis, Bacillus subtilis, Bacillus
megaterium, Lactobacillus plantarum, dan Khamir Saccharomices
cerevisiae. Dengan pemanfaatan ini, limbah padat tapioka dapat diubah
menjadi produk yang memiliki nilai manfaat dan ekonomis.
3.
Ada
sebuah produk baru hasil dari limbah cair tepung tapioka. Disebut NATA DE
CASSAVA
Nata de cassava merupakan produk makanan berserat
menyerupai nata de coco. Bahan yang digunakan antara lain air limbah pati
tapioka dan parutan singkong. Air singkong dapat menjadi bahan alternatif
pengganti air kelapa yang sekarang ini jumlahnya terbatas dan belum mampu
memenuhi seluruh permintaan pasar nata. Beberapa keunggulan dari nata de
cassava antara lain:
·
kandungan seratnya
lebih tinggi dari pada nata de coco (dibuktikan dengan uji lab)
·
bahan bakunya air
limbah pati tapioka/singkong jumlah melimpah
·
murah, karena
bahannya dari air limbah yang bersifat asam maka tidak membutuhkan penambahan
asam cuka dan tidak membutuhkan gula pasir seperti dalam pembuatan nata de
coco, sehingga biaya produksi dapat ditekan.
Namun kelemahan dari produk ini adalah harus merebus
2x sehingga biaya bahan bakar lebih tinggi, membutuhkan kesabaran dan keuletan
untuk mempelajari proses produksi nata de cassava.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar